Jherio Wiranda
Begitulah

Antologi Prosa

CATATAN MISTERIUS

Dari semua catatan-catatan yang telah ku temui

Ada satu catatan yang membuatku takut

Tak pernah ku buka apalagi ku baca

Aku sangat sangat berhati-hati untuk mengetahuinya

Catatan itu berada dalam jiwamu dan terkunci pada mulutmu

Barang tentu itu catatanmu tentangku

Samata, pada rentang permenungan.

INGIN TAHU

Semeja, Setatap dan Segelas berdua

Ada yang harus diselesaikan di atas meja

Bukan hanya sebuah cerita

melainkan sebotol anggur merah

Setelah kita teguk bersama

Ingin mulai muncul dalam angan

kuingin jiwamu telanjang 

Tanpa ada dusta yang bermukim di antara pernyataan

Dan aku mulai memberimu pertanyaan

Bagaimana keadaanku di dalam jiwamu?

Samata, saat mulai berkenalan dengan kekasih.

MELAMPIASKAN DENGAN KATA

Aku menahan hujan di kelamin

Kalah dalam menahan rindu di hati

Aku suka menahan emosi bukan main

Menahan nafsu makan membuat lapar tak tertahankan

Aku sedang memakan rindu pada rentang jarak

Di kesunyian yang mendadak

Fikiran ku membeludak 

Giliran hati melampiaskannya dengan sajak, seperti ini :

Di bulu matamu yang melambai-lambai, bola matamu yang sulit membuat abai.

Ingin ku renggut pandanganmu bukan pada kesenangan semata namun kepada yang tak sesuai kasih sayang

Semua untuk obat jiwa dan raga 

Agar kelak kau membangun rumah untukku pulang.

Membuatkan ku jendela tempatku masuk seperti angin dan cahaya malam.

Merenggut emosimu menggantinya sabar.

Dan mengubah sabarmu menjadi emosi perjuangan melawan kebatilan.

(Malino, bunga layu)

Berikan aku

Berikan aku rasamu secuil

Persoalan waktu itu tak penting

Berikan aku, kumohon.

Walaupun sedikit, aku berusaha menghargai besarnya

Sedikit demi sedikit pasti akan membukit

Samata, saat sedang merenung

Pilot mabuk kepayang

Aku menjelma pilot

menyopiri pesawat yang sungguh tak biasa

Kuterbangkan pesawat ini sekali lagi

Aku ingin mendarat jauh di dasar matamu

Dan mencoba mencelakakannya pada bandara pandanganmu

Hingga aku bersama pesawat ini terbakar menjadi debu-debu yang bakal lebur pada dalam jiwamu

Jherio Wiranda
Begitulah