Awal kata kuucap “ada yang baru dibulan Desember” Dengan secangkir kopi dan sebuah buku menemani kita menuju lewati malam itu.
Saat fajar, sepatu mungil melekat di kaki, perlahan memandu langkah menuju jalan peradaban, di sana kita berlarian dan saling menggendong.
Terealisasikanlah kalimat itu, malam minggu yang katanya malamnya anak autis. Tapi malam ini berbeda, kita menikmatinya dengan secangkir kopi di sini buku sebagai teman bagi kita memadu kata.
Malam berikutnya kembali menjadi malam yang berbeda, di atas sebuah atap kita saling bertukar cerita tentang pengalaman dan pelajaran hidup di masa remaja.
Malam itu sungguh kelam membuat kita tak mampu terpejam, gemerlap bintang yang bersinar kelap-kelip menerangi kita. Kini, semua itu berakhir di Januari.
Masih tentang luapan emosi antara menerima atau membenci. Kurasa Januari tak bersalah Sebab Desemberlah yang mengingatkanku pada luka yang bernanah.
Penulis merupakan mahasiswa ilmu perpustakaan