Keterbukaan informasi di era digital, masyarakat dituntut untuk lebih memanfaatkan teknologi digital dengan maksimal. Hal ini sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup individu maupun sosial. Teknologi digital diharapkan untuk dapat membantu masyarakat dan keluar dari masalah hidupnya, terutama pada sektor ekonomi, pendidikan dan kebudayaan.
Menurut Badan Pusat Statistik angka kemiskinan perkapita Masyarakat Sulawesi Selatan tahun 2022 adalah mencapai 8,66% atau sekitar 783,32 %. Hal ini dilandasi oleh kualitas sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Kualitas manusia yang berkualitas akan mempengaruhi pertumbuhan kesejahteraan masyarakat dan ini berbanding lurus dengan sejauh mana kecakapan digital masyarakat dalam mengolah dan mengakses informasi yang tepat.
Selain itu, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada pada level “sedang” dengan skor 3,49. Pengukuran dengan Kerangka Indeks Literasi Digital tahun 2021 ini menggunakan empat pilar, yaitu Kecakapan Digital (digital skill), Etika Digital (digital etics), Keamanan Digital (digital safety) dan Budaya Digital (digital culture). Sementara itu, wilayah Sulawesi Selatan menunjukkan presentase digital skill 3,47 dari maksimal capaian 5.0, sehingga data tersebut menggambarkan bahwa masih butuh beberapa perbaikan sistem untuk membuat masyarakat benar-benar melek dalam memanfaatkan perangkat digitalnya.
Salah satu cara mengakselerasi kondisi ini adalah melalui perpustakaan yang berada di desa-desa. Perpustakaan desa merupakan fasilitas penyedia informasi dan pengetahuan yang tepat bagi masyarakat. Dengan hadirnya fasilitas hardware computer dan pendidikan untuk pengembangan soft skill masyarakat desa.
Tercataat bahwa, dari 2.953 desa di Sulawesi Selatan sebanyak 400 Desa telah aktif sebagai fasilitator informasi digital melalui perpustakaan. Namun, perangkat yang telah hadir tidak digunakan secara maksimal dan membuat masyarakat belum berdaya. Padahal perpustakaan adalah sangat penting, dekat dan dapat diakses oleh banyak kalangan. Sehingga notabene perpustakaan menyediakan pendidikan nonformal sebagai medium masyarakat belajar.
lihat juga: 10 Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Selain masalah manajemen yang belum terkonsepsi, isu ini tak kunjung terselesaikan disebabkan oleh ruang dan kolaborasi yang masih minim. Sebab itu rangkaian pencapaian kecakapan digital masyarakat tidak terealisasi secara komprehensif, padahal ihwal ini merupakan sesuatu yang sangat darurat untuk menghadapi permasalahan hidup masyarakat dan mengeluarkannya dari problem- problem kehidupan. Bahkan masyarakat akan lamban terbangun pengetahuan dan kualitas hidupnya jika tidak cakap digital.
***
Perpustakaan kini telah bertransformasi dengan nilai inklusi sosial, dengan harapan perpustakaan lebih terbuka dan tidak ada batasan dalam mengakses perpustakaan. Bahkan mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi atau pengetahuan dan sebagai pusat kegiatan serta belajar mengajar masyarakat tanpa dipungut biaya.
Dari berbagai jenis perpustakaan, Perpustakaan desa merupakan salah satu Lembaga penyedia pengetahuan yang bersifat ekonomis dan dapat diakses oleh kelompok rentan terutama bagian akar rumput. Sentralisasi penguatan kecakapan digital masih berputar di wilayah perkotaan, maka perlu juga menguatkannya di wilayah desa.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Dinas Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan telah berupaya memberikan pembinaan perpustakaan dan bantuan perpustakaan desa yaitu, Bimbingan teknis untuk pengelola perpustakaan desa dan bantuan perangkat pengembangan perpustakaan desa untuk kebutuhan masyarakat.
Seyogyanya konsep ini tidak sampai ke arah kecakapan digital karena hanya memfasilitasi dan tidak ada pembinaan dan pengawasan bagi perpustakaan desa jadi tujuan untuk memberi kecakapan digital masyarakat belum dapat tercapai.
Padahal perpustakaan desa merupakan pusat kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat secara non formal di desa dengan fasilitas buku, komputer dan ruang kegiatan. Dengan perpustakaan desa ini masyarakat dapat lebih mudah dalam meningkatkan skill digital untuk menunjang kualitas hidup di era digital.
***
Saat ini Indonesia telah mendapatkan bonus demografi yang terhitung hingga 2038 dan mencapai puncak pada tahun 2040, olehnya itu dibutuhkan kualitas sumber daya manusia dan program yang mampu memanfaatkan peluang besar tersebut. Tercatat di Sulawesi selatan dilansir dari laman humas Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan populasi anak mencapai angka 3 juta atau dengan presentasi 34 % dari jumlah keseluruhan penduduk Sulawesi Selatan. Peluang ini dapat di analisa menjadi sebuah kekuatan untuk menumbuhkan ekonomi Sulawesi Selatan bahkan dunia.
Selain bonus demografi, Keberagaman budaya di Sulawesi Selatan adalah satu hal penting untuk menciptakan dan mendesain ekonomi kreatif sebagai alat mempertahankan budaya sekaligus mata pencaharian bagi masyarakat akar rumput. Ditambah dengan keunikan geografis yang sumber daya alamnya cukup kaya beserta keunikan dari masing-masing daerah perlu diperkuat dengan mempercepat akses infomasi melalui kecakapan digital.
Setiap desa kebanyakan telah menghadirkan Perpustakaan di setiap desa khususnya di Sulawesi Selatan. Berapa perpustakaannya telah aktif menjadi wadah akses informasi digital, namun belum terkelola baik. Hal ini seharusnya diperhatikan dengan melihat peluang besar yang ada bahwa mengaktifkan kecakapan digital di perpustakaan desa yang sebanyak itu adalah kegiatan memperbaiki dan memperbaharui kualitas Pendidikan, ekonomi dan budaya masyarakat.
Dengan melihat kondisi tersebut kehidupan kultural Sulawesi Selatan masih sangat menjunjung tinggi kebersamaan dalam nilai luhur gotong royong. Mengaktifkan dan memaksimalkan fungsi perpustakaan di sektor digital dapat dikerjakan dengan mudah dalam mencapai kecakapan digital masyarakat, hanya saja tidak terprogram dengan baik.
***
Pengelolaan pelayanan perpustakaan belum maksimal dikarenakan tidak adanya ide yang dapat memanajemen persoalan kecakapan digital yang ada khususnya perpustakaan. Meski Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan mempogramkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, hanya saja program itu hanya sampai pada pengalokasian perangkat komputer ke perpustakaan-perpustakaan desa di Sulawesi Selatan. Namun Sistem pengembangan kecakapan digital melalui perpustakaan belum dijalakan melalui perpustakaan desa di Sulawesi selatan.
Olehnya itu perlu review terkait pengembangan perpustakaan desa untuk masyarakat yang lebih cakap digital, diantaranya;
Capacity Building
Agar pengembangan individu dan kelompok dalam organisasi dapat dilaksanakan, yaitu pengembangan skill dan sikap serta kebiasaan bagi sumber daya manusia dalam mengelola perangkat dan sistem digital yang telah dialokasikan guna mempercepat kecakapan digital masyarakat.
Konsultasi dan pendampingan
Konsultasi dan pendampingan merupakan satu kegiatan dialogis antara kalangan profesi dan para ahli atau antara profesi dan para pengguna yang menemukan masalah baik masalah yang belum diketahui atau baru ditemukan sebagai upaya menciptakan ekosistem digital yang lebih baik. Ini dapat dilakukan secara online dalam satu aplikasi dan bertatap muka langsung.
Monitoring dan Evaluasi
Pengumpulan data dan identifikasi masalah yang terjadi saat program berjalan dengan berbasis data guna dievaluasi untuk menemukan solusi yang tepat guna secara kompleks dan diselenggarakan secara rutin dengan membentuk satu tim yang terlegitimasi dan berkualitas.
Pusat Informasi dan Database Perpustakaan
Sebagai pusat informasi kegiatan yang memuat keseluruhan kegiatan yang terlaksana di desa-desa sebagai upaya penampungan ide yang terselenggarakan, dan pusat server bagi perpustakaan-perpustakaan desa yang dijalankan.
The Missing Link (professional, sosial, dan kesenjangan digital)
Ketercabutan sosial adalah keniscayaan yang telah berjalan maka dari itu perpustakaan tidak maksimal dalam mengakomodir ketimpangan digital masyarakat. program ini akan lebih inklusif, antara lain masalah kemiskinan dan lain sebagainya merupakan sebuah sumber pengetahuan yang sangat penting.
Pengetahuan ini dianggap sebagai ihwal alternatif yang setara atau sama dengan pengetahuan akademik yang memberi informasi bagi sistem untuk terus diperbaharui, maka dari itu selain pelatihan yang bentuknya satu arah the missing link memungkinkan perkembangan pengetahuan.
Oleh karena selain pelatihan bagi para profesi setiap individu profesional dapat membagikan pengalaman yang ditemui kepada seluruh yang ikut pada sistem, selain itu masyarakat dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan saling membagi pengetahuan dalam satu ruang untuk proses kemajuan kecakapan digital.
Telah dipaparkan pada kompetisi Ideathon Tons-of-Ideas yang diinisiasi oleh KEMENPANRB dan USAID ERAT