Sesamata fest begitu paggilannya, merupakan event literasi yang digagas oleh teman-teman HIMAJIP (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan) dalam rangka memperingati milad 20 tahun jurusan ilmu perpustakaan, ini merupakan tahun pertama terselenggarakannya Sesamata Fest dan mengangkat tema Thesaorus. Event ini berlangsung kurang lebih selama 3 hari, yaitu pada tanggal 17-19 september yang pusat kegiatannya di Lapangan kampus Universitas Islam Negeri Makassar.
Pada malam puncak Sesamata fest menyajikan pertunjukan yang tidak lepas dari budaya Sulawesi seperti Sinrilik yang dibawakan oleh kak Arif Rahman Daeng Rate, Tari kolosal Oleh mahasiswa jurusan Ilmu perpustakaan, Oerkes Toriolo oleh Jenneberang Art, Ventriloquism, dan pertunjukan music oleh Jejak Aksara. Untuk pertama kalinya event ini berlangsung, sesamata fest medapat respon positif dan atusias dari berbagai komunitas dan pegiat literasi.
20 tahun kebangkitan Jurusan Ilmu perpustakkan yang kemarin sempat mati suri, Sesamata fest kini menjadi jiwa bagi setiap pengurus HIMAJIP (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan). Kurang lebih 6 bulan HIMAJIP merancang, dan merapatkan bagaimana cara event ini dapat terselenggarakan, terlibat dalam kepanitiaan, cukup lelah rasanya, mulai dari pengadaan dana, kerjasama antar lembaga, undangan para pegiat literasi, pementasan, hingga pengisi acara, menjadi rutinitas yang saat ini mengundang rindu.
Banyak rasa yang terangkum menjadi satu, enam bulan bukan waktu yang singkat, suka duka itu sudah pasti ada, rasanya terlalu banyak rasa yang sulit untuk di ungkapkan. Kecewa, cacian, konflik, drama itu berjalan dan ego masing2 di pertajam, tidak jarang bahkan air mata pun memperjelas rasa yang sulit terungkap.
Tak kala emosi pecah dan sesuatau yang seharusnya baik-baik saja menjadi buruk, mengubah dan menjelma menjadi api yang meluap-luap di teriknya musim kemarau, di saat itu pula harus ada yang mengambil peran sebagai air dingin dan sangat dingin memadamkan yang meluap kemarahannya.
Yah itulah kita, dari semua rasa itu kita didewasakan, semua kekecewaan itu kita belajar untuk bersabar, dari amarah kita ditempa untuk menjadi baik, kita dicaci diremehkan itu semua agar jiwa bangkit membuktikan keberadaanya.
Ada kata yang menjadi guyonan, yang tanpa sadar itu menjadi mantra, menjadi Doa, menjadikan kita utuh dan hidup. “Ada-Ada Ji’ Itu” Hingga saat ini ingatan tidak lepas dari kata-kata “Ada-Ada Ji’ Itu” yang selalu dan selalu berulang diucapkan para panitia yang harap-harap cemas akan kekhawatiran yang menghantui. Namun “Ada-Ada Ji’ Itu” yang menjadi kunci semangat teman-teman panitia dalam menyukseskan event ini. Sempitnya dana, mendekati puncak acara, Mantra itu menjadi doa yang di kabulkan Tuhan. “Ada-Ada Ji’ Itu” sekarang bagi saya pribadi bukan lagi guyonan melainkan kata yang sarat akan makna, bahwa yakinlah apa yang kau kerja saat ini tanpa kau duga, tanpa kau kira selalu ada jalan, tuhan memberikanmu jalan. Yah “Ada-Ada Ji’ Itu”. Tawakkallah kepada-Nya. Dan yakinlah Tuhan selalu memberikan jalan dan memudahkan langkah bagi hamba-hambanya yang memiliki semangat dan kesungguhan yang kokoh.
Yah sangat bahagia dan bersyukur rasanya bisa bergabung dan terlibat dalam bagian keluarga Sesamata Fest, berharap penuh Sesamata fest makin hidup di tahun ke2nya nanti, semakin beredukasi, dan dapat menjadi event tahunan yang member virus positif bagi manusia.