Afzazul Rahman
"Pelajar Kepustakawanan"

Perpustakaan dan Pustakawan : Jembatan Kecerdasan Masyarakat Desa

Pembangunan dan Penguatan Ekosistem Perpustakaan Desa

“Perpustakaan” dan “Pustakawan” yang disingkat jadi “Perpustakawan” merupakan serapan dari kata perpustakaan dan pustakawan yang berarti satu kesatuan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui perpustakaan dengan didikan non formal pustakawan. Penyatuan ini akan memunculkan interpretatif baru yang akan membuatnya seperti sepasang kekasih berkelindan serta komplementer.

Ada sebuah pertanyaan mendasar yang muncul yaitu peran pustakawan dan perpustakaan dalam mengembangkan potensi masyarakat serta bertanggungjawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan secara non formal.

Perpustakaan yang memfasilitasi pemustaka dengan bahan pustakanya lalu pustakawan sebagai pelayan berkelanjutan atas fasilitas yang ada di perpustakaan. Dengan memanfaatkan dan memperkenalkan fasilitas yang mereka miliki hingga masyarakat merasakan bagaimana dampak saat adanya perpustakaan dan pustakawan.

Ada beberapa jenis perpustakaan yang di kelola oleh pustakawan salah satunya adalah perpustakaan desa yang didirikan untuk dipergunakan masyarakat desa sebaik mungkin. Pembangunan infrastruktur dan SDM desa diselenggarakan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa serta masyarakat.

Pada tataran desa telah memliki beberapa instansi serta tenaga ahli yang bertugas untuk melayani masyarakat untuk membimbing dan mengembangkan SDM antara lain layanan kesehatan yang di isi oleh bidan desa, layanan keamanan di isi oleh babinsa atau babinkamtimnas, layanan sekolah yang di isi oleh guru serta layanan perpustakaan yang di isi oleh salah seorang dari aparat desa. Mengapa perpustakaan banyak di isi oleh perangkat desa? mengapa tidak di isi langsung oleh pustakawan?

Perpustakaan adalah benda mati, pustakawanlah yang membuatnya berarti, ia berperan dalam memberikan pemahaman dan bimbingan kepada perangkat desa serta masyarakatnya. Di sisi lain kinerja pustakawan belum optimal, sebab minimnya pustakawan yang turun langsung ke desa-desa untuk meningkatan sumber daya manusia yang ada di desa tersebut. perlu digaris bawahi bahwa pustakawan bukan bekerja untuk kenaikan pangkat dan penambahan kredit saja tetapi pustakawan juga harus ikhlas mengemban amanah sebagai pustakawan.

Maka dari itu persoalan mencerdaskan kehidupan bangsa lewat perpustakaan mesti ditanggapi dan dilaksanakan secara serius, perlu ada strategi yang sesuai dengan kondisi ke Indonesiaan. Tanggapan serius ini diharapkan dari pemerintah khususnya pustakawan di seluruh Indonesia.

Ada bebrapa strategi perpustakaan dan pustakawan yang dapat dilakukan dalam menjembatani kecerdasan masyarakat desa, menuju SDM unggul dan Indonesia maju.

A. Strategi Pustakawan di Desa

Pustakawan di harapkan terus berinovasi dengan melakukan penelitian agar mampu membaca masalah realitas dan memecahkannya, kemudian dilanjutkan dengan menulisnya sebagai bahan/contoh untuk pustakawan di wilayah lain. Pengabdian akan tercapai jika pustakawan terus menerus melakukan penelitian terhadap tempatnya bekerja dan mencarikannya solusi dari proses penelitiannya tersebut.

Dalam upaya membimbing masyarakat untuk cerdas serta mandiri, pustakawan harus kreatif dalam membaca kondisi masyarakat kemudian berusaha mencarikan solusi. Kondisi ini tidak main-main sebab masyarakat yang ada sangat kompleks, mulai dari kondisi agama, sosial, budaya, ekonom dan politik. Contohnya saja saat di desa yang bertradisi lisan dengan lokalitas yang kuat, pustakawan perlu belajar mengenai bahasa yang menjadi alat komunikasi di daerah tersebut. Hal ini membuat pustakawan dapat dengan mudah menyalurkan (Face to face) informasi terkait yang ia butuhkan.

Tanggapan serius ini diharapkan dari pemerintah khususnya pustakawan di seluruh Indonesia dengan penguasaan bahasa ini juga akan mempermudah pustakawan melakukan langkah persuasif demi mendorong individu dalam sebuah desa agar melakukan aktivitas berdasarkan ilmu dan pengetahuan.

Sesaat setelah mendapatkan manfaat dari apa yang telah di berikan pustakawan dengan transfer informasi lewat lisan, masyarakat akan percaya bahkan akan berusaha belajar secara mandiri selepas itu, memang musti perlu ada pola pustakawan yang sesuai dengan kondisi masyarakat desa.

Ada beberapa pola yang muncul di masyarakat kita saat ini. Berikut pola-polanya akan dijelaskan.

Kedua Pola masyarakat sudah paham perpustakaan tapi belum menggunakan perpustakaan. Pustakawan dapat melihat potensi-potensi apa yang ada di desa untuk bisa dikembangkan lalu memberikan literatur-literatur yang menjadi potensi untuk menghasilkan. Misalkan coklat tumbuh subur di desa A maka pustakawan dapat menawarkan literatur dan memberikan pemnimbingan.

Ketiga, Pola masyarakat sudah paham namun belum bisa menerapkan hasil bacaannya dari beberapa literatur terkait permasalahannya. Pustakawan dapat mengadvokasinya dan mencarikan ia pembimbing ahli, semisal si A telah membaca cara bercocok tanam hidroponik dan ingin melakukannya tetapi belum bisa menerapkan bacaannya secara penuh. Pustakawan perlu menghadirkan pelatihan tentang tata cara bertani hidroponik di perpustakaan dengan mendatangkan pemateri yang ahli dalam bertani hidroponik, sebab kadang ada beberapa masyarakat yang mudah paham jika langsung praktik.

Perpustakaan desa belum dimaksimalkan karena tidak adanya SDM yang memempuni untuk mengelolahnya. Kalaupun ada ia tidak dibekali pengetahuan dalam mengelolah dan melayani di perpustakaan. Pembinaan perpustakaan desa bisa dilakuakan tiap perpustakaan kabupaten/kota memberi bimbingan khusus kepada perangkat pemerintahan desa, itu jikalau tidak mau mengadakan pustakawan di desa tapi akan jauh lebih maksimal lagi ketika pustakawan diadakan untuk desa sama seperti bidan desa.

Jika mengadakan BIMTEK untuk aparatur sipil desa, BIMTEK nya mesti diratakan diseluruh desa dan menindak lanjuti dari bimtek itu seperti tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan meninjau kembali melihat perkembangan perpustakaan.

B. Strategi Perpustakaan Desa yang Adaptif

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan cita-cita bangsa, jangan lagi hanya menjadi jargon semata khususnya di instansi perpustakaan. Untuk mencapai cita-cita ini perlu langkah pasti dalam semangat perjuangan penuh ikhlas. Menjadi seseorang pustakawan setelah lulus siap membangun kapan saja di manapun ia berada, yang pasti lewat profesinya dengan menggunakan perpustakaan sebagai ujung tombak untuk menggapai cita-cita di atas. Lewat tangan pustakawan, perpustakaan menjadi hal adaptif yang solutif. Sebab dengan strategi masyarakat tidak menganggap perpustakaan sebagai hal yang aneh dan asing agar dana yang di anggarkan untuk pengadaan tidak lah sia-sia.

Perpustakaan memiliki macam-macam bentuk sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat sekitarnya, misalnya perpustakaan memiliki layanan dengan model perpustakaan keliling, dengan fasilitas mobil atau motor yang terjun langsung ke masyarakat dipelosok desa yang terdampak kondisi geografis sehingga sulit mengakses bahan bacaan. Namun pengadaan layanan perpustakaan keliling ini tidak mempunyai impak lebih terhadap masyarakat, sebab perlu bimbingan secara terus-menerus dalam proses membaca.

Artinya akan lebih efektif jika di setiap desa bahkan yang terpencil sekalipun memiliki bangunan perpustakaan dan seseorang pustakawan sebagai pembimbingnya hingga proses membaca tidak bersifat momentuman. Dengan usaha membuat perpustakaan yang mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat sehingga sedapat mungkin membuat masyarakat mengerti fungsi dari perpustakaan sebagai tempat menambah wawasan lewat membaca. berawal dari pustakawan dengan kekuatan perpustakaannya dapat mengubah persepsi masyarakat sekitarnya.

Pemisahan gedung ini dimaksudkan agar perpustakaan yang terpengaruh dari keadaan formal bisa kembali kepada kondisi non formal. Apalagi jika perpustakaan ini menjadi tempat bagi pusat kegiatan masyarakat desa, secara otomatis suasana kaku dan enggan berkunjung akan hilang. Segi psikologis masyarakat terhadap perpustakaan perlu diperhatikan. Jika telah dijadikan arena pengambilan kebijakan tingkat desa secara rutin sembari mengambil langkah dengan mengajak membaca atau mensosialisasikan agar membaca membudaya pada desa itu.

Perpustakaan yang mampu menyatu dengan masyarakat jika perpustakaan memiliki identitas atau bentuk yang sama dengan daerah tempatnya berada (budaya lokal).

Dengan penyatuan ini dapat membuat masyarakat di daerah sekitarnya merasa memiliki dan terbiasa dengan suasananya. Contohnya di suku bugis kita mengenal rumah adat yang biasa di sebut rumah panggung. Perpustakaan pun bisa berwujud rumah panggung sesuai dengan corak dan desain di mana tempatnya berada.

C. Pembangunan dan Penguatan Ekosistem Perpustakaan Desa

Pembangunan kekuatan perpustakaan membutuhkan suplai energi dan dukungan dari elemen lain secara terus menerus. Untuk menggapai keadaan perpustakaan yang diketahui dan di anggap oleh masyarakat, pustakawan harus menanam modal berupa dukungan dari pihak lain. Peranan ini adalah peran pustakawan sebagai individu yang mampu berkomunikasi dan menjalin kerja sama dalam membangun dan menguatkan ekosistem/jaringan.

Peramasalahan perpustakaan yang begitu rumit ini baiknya di kerjakan secara gotong royong. Mulailah membangun ekosistem yang menyeluruh pada suatu desa. Ekosistem ini antara lain untuk mendobrak kegiatan membaca itu sendiri. Elemen yang ada pada ekosistem perpustakaan antara lain sebagai berikut.
Perpustakaan sebagai pusat pendidikan dengan didikan pustakawannya secara non formal.

Pendidikan formal turut mendorong siswa-siswinya membaca baik di ruang lingkup sekolah (perpustakaan sekolah) maupun di luar sekolah (taman baca, perpustakaan) Pendidikan informal (keluarga) ikut memotivasi dan memberikan contoh kepada anak-anaknya dengan sering membaca di rumah (be a role model) bahkan membawa anaknya berkunjung ke perpustakaan, Bekerja sama dengan aparat desa dalam hal menambah dana untuk peningkatan fasilitas perpustakaan hingga kerja sama untuk mengarahkan masyarakat membaca hingga mengubah tindakan masyarakat yang berbasis kepada bacaan (informasi), Memilah salah satu bagian dari masyarakat yang berpotensi mendukung dan melaksanakan kegiatan-kegiatan membaca di wilayahnya tersendiri.

Kepustakawanan merupakan hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan. Kehadiran perpustakaan dan pustakawan diharapkaan dapat menjadi jembatan kecerdasan masayarakat, pustakawanlah yang bisa menghidupkan perpustakaan agar lebih berwana melalui ide, kreatif dan inovasi pustakawan. Ide, kreatif dan inovasi akan melahirkan strategi perpustakaan untuk masyarakat di desa, kemudian masyarakat dapat menjadi masyarakat yang berpengetahuan dan memiliki kreativitas dalam membangun desa baik dari sumber daya alam dan manusianya.

BACA JUGA :Belajar dari Bait Al-Hikmah dan Socrates sebagai upaya menjadikan Perpustakaan Pemantik Peradaban

Afzazul Rahman
"Pelajar Kepustakawanan"