arrahy
Pustakawan dan Alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Langkah Kecil Menuju Dunia Baru

ilus/pixbay

Setiap pagi, Ardi bangun lebih awal dengan suara ayam berkokok, bergegas menuju ladang untuk membantu ayahnya bercocok tanam. Ladang mereka tak luas, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ardi selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya, sebuah keinginan yang mengusik hatinya: untuk melihat dunia luar yang lebih luas, lebih penuh dengan peluang.

Namun, kehidupan di desa terasa seperti belenggu yang sulit dilepaskan. Dunia yang ia impikan tampak jauh, terhalang oleh jarak dan keterbatasan pengetahuan. “Aku hanya pemuda desa. Apa yang bisa kulakukan?” sering Ardi merenung di bawah pohon besar di halaman rumah, tempat ia beristirahat setelah seharian bekerja. Mimpi besar terasa terlalu jauh untuk digapai.

Suatu hari, ketika sedang duduk di bawah pohon, matanya tertuju pada sebuah buku tua yang tergeletak di meja kayu, hampir terlupakan. Buku itu milik kakeknya, seorang bijaksana yang selalu memiliki cerita tentang dunia, meski ia tidak pernah bersekolah formal. Ardi ingat betul bagaimana kakeknya selalu berkata, “Belajarlah dari setiap kesempatan, karena dunia ini luas, lebih luas daripada yang kita bayangkan.”

Buku itu penuh debu, tapi rasa penasaran Ardi membawanya membuka halaman demi halaman. Buku itu berisi cerita tentang orang-orang dari desa yang serupa dengan mereka, yang mampu meraih impian besar hanya dengan tekad dan semangat belajar. Ardi membaca tentang seorang pemuda yang berhasil memulai usaha dengan modal seadanya, hanya bermodalkan ide dan pengetahuan yang diperolehnya dari buku-buku sederhana.

Seiring membaca, semangat Ardi semakin membara. Ia mulai memahami bahwa meskipun hidup di desa, pengetahuan adalah jembatan yang menghubungkan mimpi dengan kenyataan. “Jika mereka bisa meraih impian mereka melalui membaca dan belajar, mengapa aku tidak?” pikir Ardi, dengan tekad yang mulai tumbuh dalam dirinya.

Ardi memutuskan untuk menjadikan membaca sebagai bagian dari hidupnya. Setiap hari, setelah membantu ayah di ladang, ia menyisihkan waktu untuk membaca. Buku pertama yang ia baca adalah tentang cara bertani yang lebih efisien. Beberapa bulan setelah itu, hasil ladang mereka mulai menunjukkan perubahan. Tanaman tumbuh lebih subur, dan panen mereka meningkat secara signifikan. Keberhasilan kecil ini membuka matanya: ilmu itu bermanfaat, dan pengetahuan bisa membawa perubahan nyata.

Namun, perubahan ini tidak datang tanpa tantangan. Banyak orang di desanya yang meragukan cara-cara baru yang ia perkenalkan. Mereka sudah lama terbiasa dengan cara bertani tradisional. “Apa yang bisa kamu dapatkan dari membaca buku? Kami sudah bertahun-tahun bertani dengan cara ini,” kata Pak Budi, tetangga yang telah lama berkecimpung di dunia pertanian.

Ardi sempat merasa diragukan. Namun, ia tidak menyerah. “Jika mereka bisa berhasil, aku juga bisa. Aku harus terus belajar,” pikir Ardi. Ia kemudian melanjutkan membaca buku-buku lain yang membahas kewirausahaan dan inovasi dalam pertanian. Salah satu buku mengisahkan seorang pengusaha sukses yang memulai usahanya dengan sedikit modal dan banyak belajar. Kisah itu memberi Ardi inspirasi besar untuk memulai usaha sendiri, dengan menjual produk pertanian dari desanya dengan cara yang lebih modern dan efisien.

Dengan tekad yang bulat, Ardi mulai merintis usaha kecil. Ia mulai menjual hasil pertanian dengan cara yang lebih terorganisir, memperkenalkan teknologi sederhana untuk memasarkan produk ke pasar kota terdekat. Perjalanan awalnya penuh tantangan—sering kali barang dagangannya tidak laku, dan ia harus bekerja keras mengedukasi para pembeli tentang produk-produknya. Namun, ia tidak menyerah.

Usahanya perlahan berkembang. Produk pertaniannya mendapatkan perhatian, dan dalam waktu singkat, Ardi membuka toko kecil di kota. Keberhasilan ini tidak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Ardi mempekerjakan beberapa orang dari desanya, memberdayakan mereka dengan keterampilan bertani yang lebih efisien, serta mengajarkan mereka untuk berinovasi dalam berwirausaha.

Namun, meskipun usaha Ardi berkembang pesat, ia tidak pernah melupakan asal-usulnya. Ia sering kembali ke desa untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan pemuda-pemuda di desanya. “Semua ini dimulai dari sebuah buku,” katanya di sebuah seminar kewirausahaan. “Buku adalah jendela dunia. Dari membaca, kita bisa melihat lebih jauh dan lebih banyak.”

Suatu hari, seorang pemuda dari desanya datang padanya dengan penuh semangat. “Ardi, saya ingin belajar. Saya juga ingin mengubah hidup saya,” kata pemuda itu. Ardi tersenyum lebar dan berkata, “Kamu sudah mengambil langkah pertama yang paling penting: ingin belajar. Langkah berikutnya adalah membaca. Jangan berhenti belajar, karena dunia ini penuh dengan kesempatan.”

Ardi tahu bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama untuk meraih impian, asal mereka bersedia belajar dan berusaha. “Langkah kecil melalui membaca bisa membuka pintu yang tak terhitung banyaknya menuju masa depan yang lebih cerah,” pikir Ardi. Dengan tekad yang tak pernah pudar, Ardi berkomitmen untuk terus berbagi semangat dan ilmu kepada siapa pun yang siap untuk mendengarkan dan belajar.

 

arrahy
Pustakawan dan Alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi