Salah satu karya fiksi Willy Lamb bercerita tentang potret realistis yang penuh eksplorasi penderitaan dan penebusan di zaman tersebut. Peristiwa 1990an, makna penghianatan, pengorbanan, dan kemurahan hati pada sebuah keluarga kecil yang bermukim di Three Rivers.
Kisah kehidupan paralel saudara kembar antara Dominick dan Thomas. di mana Dominick harus selalu mengurus Thomas karena mengidap penyakit skizofrenia yang membuat dirinya selalu paranoid atau khawatir dengan lingkungan sekitar.
Keadaan skizofrenia Thomas membuat Dominick selalu menemani setiap saat, bahkan untuk ke rumah sakit jiwa. Selain hubungannya dengan Thomas, Dominick juga berjuang dengan trauma masa kecilnya. Ia dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional, di mana ayahnya yang kasar dan berkuasa dengan kekerasan. Pengalaman traumatis ini menghantuinya sepanjang hidupnya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk istrinya sendiri, Dessa.
Hal yang menarik dari saudara kembar ini adalah setelah dari rumah sakit, mereka selalu menyambangi Perpustakaan Umum. Alasannya sangat sederhana, yaitu mereka tidak memiliki tujuan dan pekerjaan, selain itu berada di dalamnya membuatnya merasa aman, tidak seperti di dalam rumah yang mencekam penuh kekerasan.
Sepanjang tahun ini memang perpustakaan juga menjadi salah satu tujuan orang-orang terlantar dan tunawisma. Sewaktu tanggal 12 oktober 1990, Thomas memasuki sebuah perpustakaan umum. Di dalam, ia menyendiri di salah satu ruang belajar dan berdoa dalam diam kepada tuhan secara terus menerus. Tujuannya ialah agar pengorbanan yang akan ia lakukan dapat diterima.
Fenneck mengungkapkan bahwa, ia melihat Thomas berjalan di kota, bergumam dengan sendirinya tentang peperangan sebelum masuk ke perpustakaan. Sepanjang hari Thomas duduk di bagian koleksi terbitan berkala, membaca koran-koran dan bahkan berdebat dengan koran tersebut. Tak ada yang mengerti apa yang dirasakannya dan bagaimana pandangannya terhadap kondisi kekacauan akibat perang, membuatnya hanya bisa berdoa. Hingga akhirnya Thomas terus mengulang-ulang membaca doa Santo Matius, bab 5, ayat 29 dan 30, yang isinya berbunyi :
“Dan jika matamu yang kanan meyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu… Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu secara utuh dicampakkan ke dalam neraka.”
Dari bunyi rapal doanya membuat kebisingan bagi pemustaka lainnya. Mrs. Theresa Fennick yang juga merupakan Pustakawan, meminta kepada Thomas untuk memelankan suaranya, “kalau mau berdoa, sebaiknya saja ke gereja, bukan perpustakaan”, ungkap pustakawan. Namun Thomas tetap bersikeras melangsungkan doa di dalam Perpustakaan Umum Connecticut dan tidak menghiraukan teguran pustakawan.
Baca Juga: Melihat Perpustakaan Menjadi Air di Pedalaman Afrika: dalam Film The Boy Harnessed The Wind
Sontak Thomas mengeluarkan pisau belati milik ayahnya, yang digunakannya saat Perang Dunia II. Kemudian ia mengangkat pisaunya sambil membaca doa itu dengan nada tinggi dan langsung memotong tangannya tanpa rasa sakit dengan penuh pengorbanan. Kejadian tersebut membuat suasana perpustakaan menjadi tak karuan, para pemustaka di sekitaran Thomas berlarian. Thomas beranggapan bahwa pengorbanan yang dilakukan dengan memotong tangannya dapat diketahui banyak orang sehingga peperangan yang berlarut-larut itu akan berakhir.
Pasca kejadian itu, ia dilarikan ke rumah sakit. Namun ketika tangannya hendak disambung, Thomas tetap menolak, dengan alasan ia telah membuat janji dengan tuhan dan hanya dia yang dapat menyelematkannya. Tujuannya adalah agar persaksiannya dapat disaksikan banyak orang dan perpustakaan menjadi tempat untuk melangsungkannya.
Beberapa hari kemudian sejak tragedi tersebut di perpustakaan. Pustakawan menghampiri kediaman saudara kembar tersebut dan menjelaskan kronologisnya kepada Dominick.
Mrs. Fenneck sangat memainkan peranannya sebagai penanggungjawab perpustakaan, mengerti dan sangat memahami kondisi Thomas dan Dominick. Ia memang update terhadap informasi yang beredar di media-media tentang peperangan yang terjadi di teluk Persia atau gulf war.
Olehnya itu Fenneck tahu alasan mengapa Thomas memotong tangannya, melalui ucapan doa yang dilontarkan Thomas.
Mrs. Fenneck yang tidak hanya memahami kondisi pribadi Thomas dan Dominick namun ternyata Mrs. Fenneck juga mengalami hal yang dirasakan Thomas dan Dominick mengenai pandangannya terhadap peperangan, kondisi psikologis dan hubungannya dengan perpustakaan. Bahwa ia resah terhadap pandangan orang-orang persoalan perpustakaan. Wanita itu berkata, dia ingin aku memahami beban yg dihadapi para pustakawan akhir-akhir ini.
Dahulu, menjadi pustakawan adalah pekerjaan yang menyenangkan apalagi dia suka bertemu dengan orang-orang. Kini wanita itu sangat mengerti, bahwa kini perpustakaan menjadi tujuan bagi orang-orang terlantar dan tunawisma. Orang-orang yang sama sekali tak peduli tentang buku atau informasi, namun peduli dengan konflik sembari berusaha menghentikannya denga napa yang bisa dilakukan. Yaitu memotong tangannya di perpustakaan untuk memotong konflik dalam peperangan.