Litbang Reid
Ma'baca-baca

Mengenang Sosok Blasius dan Perlunya Berfilsafat Sebagai Pustakawan

dokumentasi webtalk bacakawan

Reportakawan.com – Betepatan dengan hari lahir Blasius Sudarsono, Serial Webtalk Bacakawan edisi Februari menjadi momen mengenang sosok Blasius Sudarsono yang merupakan Begawan dalam dunia Kepustakawanan dengan fokus topik “Kontribusi Pemikiran Blasius Sudarsono Terhadap Kepustakawanan Indonesia”. Makassar, Jum’at. 02.02.2024.

Blasius Sudarsono selama hidupnya banyak ia dedikasikan pada perkembangan dunia Kepustakawanan Indonesia berkat dedikasinya itu ia diberi penghargaan sebagai “Lifetime Achievement”. Beliau wafat pada 7 Januari 2024 silam pada usia 75, Semasa hidupnya dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 1990-2001.

 Pada momen ini, Webtalk menghadirkan pemantik yang mengenal baik sosok Blasius Sudarsono. Ade Abdul Haq, M.Hum., CIQnR yang merupakan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga hadir M. Quraisy Mathar, S.Sos., M.Hum yang juga merupakan Dosen dalam bidang Ilmu Perpustakaan di UIN Alauddin Makassar.

Quraisy mengungkapkan sosok Blasius Sudarsono sebagai pribadi yang memiliki jiwa sufistik.

 “Pak Blas ini memang merupakan orang yang unik menurut saya, Pak Blas itu orang yang senang sunyi dalam keramaian dan senang ramai dalam kesunyian, jadi Ketika dia sendiri dia malah merasa ramai tapi kalau keadaan sedang ramai dia malah keliatannya sendiri, seperti menyepi dalam keramaian. Ia sufi modern menurut saya,” tuturnya.

Ia juga bercerita bagaimana imajinernya pemikiran Blasius Sudarsono.

“Kalau kita mendengar Pak Blas berbicara tentang Kepustakawanan, itu tidak akan seperti kita sedang duduk di dalam ruang kuliah yang dituju menit pertama kita mulai jenuh, tiga puluh menit berikutnya kita mulai ngantuk. Mendengar Pak Blas itu kita bisa, bahkan berhari-hari. Karena paparan-paparan tentang pustakawan, perpustakaan, pustakawan dan kepustakawanan dari perspektif Pak Blas itu tidak sama dengan yang kita temukan secara teknikal di ruang-ruang kuliah,” ungkapnya saat mengenang Blasius Sudarsono.

Ade menceritakan pengalaman dan kesan menarik yang dialaminya sebelum Blasius Sudarsono Wafat saat ia di pasangkan dalam forum diskusi yang digelar di Yogyakarta.

 “Saya sedang menyampaikan salah satu materi tentang kepustakawanan profetik, beliau sempat nanya ke saya, (Blasius Bertanya: itu sampean bisa berfikir seperti itu dari mana gitu ya?). Beliau sangat menekankan sekali waktu itu, tentang perlunya berpikir, perlunya berfilsafat. Setelah itu Beliau ngomong,  yang penting berpikir dulu nanti setelah itu baru cari rujukannya untuk memperkuat hasil pemikiran,” tutur Ade bercerita.

Pesan dan nasehat Blasius Sudarsono memberi semangat dan dukungan pada Ade saat proses penulisan bukunya tentang kepustakawanan profetik.  

“Beliau selalu menekankan perlunya berfilsafat sebagai dasar pemikiran kepustakawanan, membawa konsep kepustakawanan ke ranah filsafat. Pustakawan dan kepustakawanan itu sesuatu yang harus digabungkan, Filsafat Kepustakawanan ialah pernyataan atau penjelmaan dari sesuatu yang hidup di dalam hati setiap pustakawan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ade juga menjelaskan bagaimana konsep dari Filsafat kepustakawanan yang digambarkan oleh Blasius Sudarsono yang juga sejalan dengan pandangannya tentang Kepustakawanan Profetik.

“Pustakawan yang tidak menjadi kepustakawanan merupakan pustakawan yang terjerumus, jadi pustakawan yang tidak setia pada Tuhannya. Karena ketika berbicara pribadi secara apa yang sifatnya fisik itu maka yang muncul dipikiran kita itu material-material saja. Berbeda ketika kita  menjadi seorang pustakawan yang memahami apa itu kepustakawanan, disini akan memunculkan prinsip idealisnya,” jelasnya.

Lebih lanjut juga Ade menegaskan tujuan dari memahami Filsafat Kepustakawanan.

“Sehingga niatnya bukan niat tok mencari sesuatu yang sifatnya fisik material, tapi disitu mencari betul-betul bagaimana kepuasan hati menjalankan profesi kepustakawanan ini dengan tujuan akhir mencari ridho Allah,”

BACA JUGA: Bacakawan: Menuju Pustaka Manusia

Litbang Reid
Ma'baca-baca