Kaca Mata Hitam

Oleh : Ardiansyah

Menjadi mahasiswa memang sangat melelahkan, dengan jadwal kuliah dan organisasi yang padat seakan sudah menjadi makanan sehari-hari yang kusantap dengan nikmatnya. Pekan itu merupakan pekan terakhir perkuliahan, yang tinggal dikampus pun kebanyakan mahasiswa yang di sibukkan dengan kegiatan organisasi sementara yang lainnya mungkin sudah berada dikampung halaman masing-masing. Sore itu tepat pukul 16:00 WITA, saya baru saja melaksanakan rapat evaluasi mengenai kegiatan di jurusan yang tidak lama lagi akan dilaksanakan, beberapa teman menawarkan untuk merapat dan berkumpul disekretariat organisasi jurusan namun karna kelelahan, saya lebih memilih kembali ke kos dan beristirahat. Kugerakkan kakiku menuju motor biru kesayanganku, memasang kaca mata hitam andalanku dan helem lalu bersiap menuju kosku yang tak jauh dari kampus. Sesampainya dikos aku tidak lagi basa basi langsung kuarahkan wajahku menuju kasur dan kuistirahatkan mata yang sudah sangat lelah ini. Diiringi musik relaksasi membuat telinga semakin dimanjakan dan mata semakin lelap dalam kantuk yang memabukkan.

Saat terbangun aku mendapati suasana yang sudah gelap, kubuka pintu kos dan melihat keluar, kudapati malam dengan langit yang sepi, bintang tak mampu kuresapi bulan menutup diri dengan dalam seakan ingin bersembunyi, dengan barisan awan yang merapat rapi, menutupi langit seakan tak inggin dinikmati. Kulihat tak banyak cerita bisa diberikan alam untuk konsumsi mata segar ini, hanya bangunan dan lampu yang berkelip menjadi bintang bersinar diatas bumi. Sebenarnya jam sudah merangkak masuk pukul satu, bagi kebanyakan orang mungki ini adalah waktu tepat untuk beristirahat. Entah kenapa aku tak melanjutkan tidur, mataku tak bisa lagi ku tutup akibat tidur siang terlalu lama tubuhku serasa sangat segar bahkan pada waktu-waktu seperti ini, mataku jadi ingin dimanjakan dan tak mau diredupkan. Untuk mengisi kekosongan yang ada, kuambil buku yang biasa kubaca ditemani dengan kopi dan beberapa batang rokok, aku mulai membuka buku dan membacanya lembar demi lembar.

Cerita pahlawan yang gagah berani membuat mata dan imajinasiku sedikit terhibur, sesekali kuarahkan mata melihat situasi sekeliling yang begitu gelap dan sangat tenang. Sementara mata dan imajinasiku dibawa berjalan-jalan oleh buku tersebut, telingaku dimanjakan dengan suara katak dan jangkrik yang bersahut-sahutan seakan menyanyikan sebuah lagu. Beberapa lembar telah kulewati dan waktu terus berjalan tanpa henti. Saat kurasa udara sedikit mendingin, kualihkan perhatianku pada selembar sarung yang tergantung rapi, guna kehangatan agar tubuh tak kedinginan. Sesaat hendak membalut tubuh dengan sarung, sesaat itu juga angin berhembus sangat kencangnya membawa awan dari arah depan, jadikan malam semakin mencekam. Katak berhenti berbunyi, jangkrik tak lagi terdengar membuat bulu yang menempel pada kulit sedikit merinding. Tapi kuhiraukan saja, toh ini gejala alam yang memang lumrah terjadi.

Dengan jeda yang begitu singat kembali kubakar rokokku untuk menemani kopi yang mulai mendingin. Hembusan asap pertama kuarahkan mulutku keatas langit, aku sedikit kaget melihat langit benar-benar gelap bagaikan dilumuri oleh oli. Saat kuluruskan pandangan, mataku semakin terbelalak melihat sosok wanita berbaju merah berjalan seorang diri, padahal waktu itu malam sudah semakin menua dan tidak terlihat ada orang lain disekitar tempat wanita itu. Mulai kuamati dengan seksama, wanita berbaju merah tarsebut singgah dan duduk disebuah pohon rindang yang dikelilingi suasana gelap. Entah ada dorongan dari mana, namun jantungku berdegup kencang bulu tanganku seakan berontak dan tubuhku menjadi lemas serta kaku, hanya mataku yang bisa ku gerakkan. Semakin kuperhatikan semakin menjanggalkan, bagaimana bisa suasana sesepi itu ada orang yang berani berkeliaran dan duduk santai seakan tidak ketakutan. Justru malah aku yang ketakutan, dengan suasana seperti itu sebenarnya aku sudah ingin lari saja masuk kedalam Kos dan menutup pintu rapat-rapat. Tapi terus kulawan rasa takut itu dan bersembunyi di balik pilar, saat kucoba intip kembali kearah wanita itu, kudapati matanya menatapku dengan tajam. Sontak keringat bercucuran tak terkendali dari atas ubun-ubunku, keringat mulai berjatuhan dan mengenai mataku. Saat akan kuusap keringat itu aku sedikit terkejut dengan benda yang menempel pada mataku, begitu kucabut dan kulihat benda yang menempel tersebut, barulah aku sadar ternyata itu adalah kacamata hitam yang memang lupa kulepas sebelum aku tidur.

Saat mendapati hal tersebut, barulah aku sadar ternyata aku telah tertidur semalaman penuh dan terbangun di siang hari. Wanita yang duduk menyendiri di bawah pohon itupun ternyata adalah ibu kosku yang tengah mencari angin segar. Langit siang itu memang sangat mendung, pantas tak kulihat satupun bintang dan bulan ternyata sudah siang saja. Daerah sekitar kosku yang terlihat sepi pun ternyata disebabkan karna kebanyakan mahasiswa penghuni kos-kosan sudah pulang kekampug halaman masing-masing. Saat kusadari semua itu aku hanya tertawa lucu melihat diriku yang benar-benar konyol.

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, semester V.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *