Temukan Solusi Dengan “Iqro”

Oleh : Saenal Abidin

Agama islam adalah cahaya bagi semesta alam, cahayanya melingkupi segala titik gelap di dunia ini, kegelapan menjadi terang benderang.

Cahaya yang dibawanya menembus kedalam jiwa raga setiap insan yang mampu menangkap sinyal hakikat hidup ini, makna yang dibawa, dicari, dan menjadi tujuan utama hidup di dunia ini. Hadirnya sosok manusia pilihan Allah Swt (Muhammad SAW), menegaskan bahwa Sang pemilik, pemelihara alam semesta ini menyempurnakan Kasih sayangNya bagi hamba-Nya.

Seorang rasul yang diutus untuk membawa peringatan sekaligus suri tauladan bagi umat manusia, beliau membawa sifat-sifat yang Allah tiupkan kedalam dadanya. Sifat-sifat Allah yang Rahman dan Rahim terpancar dari diri beliau. Kitab Al-Qur’an yang beliau bawa sebagai salah satu mu’jizat menjadi pedoman hidup yang tak pernah habis untuk dikaji oleh para ilmuan dan ulama manapun.

Kitab Alqur’an ibaratnya sebagai lautan ilmu yang tak bertepi, dalamnya tak pernah bisa diukur dengan alat ukur manapun. Namun setiap detik waktu menyelam, tersirat makna dan kenikmatan yang luar biasa jika itu dilakukan dengan hati yang suci nan bersih. Rasulullah SAW sang pembawa cahaya, cahaya yang bersumber dari Allah, Cahaya itu adalah Ilmu.

Allah sang pemilik sifat Al-Ilm, Sifat itu Allah pancarkan kepada setiap hambanya yang mampu membuka cakrawala berfikir dan menggunakan akal pikiran yang diberikan oleh Allah Swt. Setiap manusia diberikan akal pikiran yang sanggup melihat cahaya Ilmu. Itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Yakni ketika manusia mampu menggunakan akal pikirannya dengan baik, maka dia akan menjadi mulia, akan tetapi jika tidak mempergunakan akal pikirannya dengan baik, maka dia akan menjadi “hina”. Disinilah peran kita sebagai manusia sedang diuji. Manusia dalam menjalani kehidupannya dituntut untuk memperdalam ilmunya agar kelak ilmu itu berpengaruh baik bagi dirinya, dan untuk orang lain disekitarnya.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam menuntut ilmu. Salah satu cara yang efektif ialah dengan banyak membaca. Membaca ialah kunci Ilmu, Ilmu merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi setiap insan Olehnya itu, membangun kesadaran akan pentingnya ilmu perlu ditanamkan pada setiap “jiwa” yang masih sehat. Kesadaran akan pentingnya ber-Iqro’ adalah hal yang mutlak harus di-aktifkan jika ingin menjadi insan yang bermartabat.

Saat membuat tulisan ini, saya teringat perintah pertama yang diturunkan oleh Allah swt dalam Al-qur’an ialah surah Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi iqra’ yakni perintah membaca. Membaca dalam arti luas, yakni membaca apa saja yang mampu kita baca, salah satunya ialah membaca buku. Saya ingin membatasi disini ialah membaca buku. Biasanya, ketika kita melihat jajaran buku di perpustakaan, yang timbul ialah perasaan malas membaca, hal tersebut menandakan bahwa di dalam diri kita belum terpatri rasa cinta kepada ilmu. Akan tetapi ketika kita mulai mencoba menyelami makna dari membaca itu, kita akan sadar bahwa membaca mampu membuka cakrawala berfikir kita menjadi lebih luas.

Hidup di dunia ini penuh dengan ujian, masalah senantiasa datang menghadang kapan dan dimanapun kita berada, seiring dengan apa yang kita lakukan, apa yang kita usahakan, semakin kuat usaha kita untuk berhasil, semakin berat pula masalah yang senantiasa mendatangi kita, menguji kita, begitu banyak batu-batu terjal yang harus dilewati untuk menuju keberhasilan.

Tentunya semua itu dapat kita atasi dengan memperdalam ilmu pengetahuan, dengan banyak membaca tulisan yang bermanfaat, karna itu akan memperkuat karakter kita sebagai insan yang beriman. Jika diibaratkan segenggam garam adalah sebuah masalah, kita tentu tak akan mampu meminum segelas air yang didalamnya telah dimasukkan segenggam garam, mungkin kita dapat mencicipinya, namun untuk menghilangkan rasa haus rasanya tidak mungkin. Tetapi jika segenggam garam itu masuk pada sebuah hamparan danau yang luas, yang bersih nan jernih airnya, maka tentu air itu tetap dapat kita minum untuk menghilangkan rasa haus meskipun telah dimasukkan segenggam garam sebab kadar air masih jauh lebih banyak dibandingkan garam yang masuk.

Seperti itulah hidup ini, ketika masalah yang saya ibaratkan sebagai segenggam garam datang kepada kita sementara pikiran kita masih sempit sesempit gelas, maka tentu kita akan hancur, pikiran kita dipenuhi dengan masalah yang tak kunjung mendapat penyelesaian sebab kepala kita masih diliputi oleh pikiran-pikiran yang sempit dan tak mampu menampung masalah yang membelit kita. Tapi coba bandingkan ketika pikiran kita luas seluas danau, pikiran jernih oleh pengetahuan yang mendalam, kesadaran bahwa hidup ini penuh dengan ujian dan kita memiliki solusi dengan masalah apapun, maka tentu kita dapat mengatasi semuanya dengan mudah disebabkan pemahaman tentang makna hidup yang kita peroleh melalui kegiatan membaca.

Marilah temukan solusi dengan membaca, penuhi dahagamu akan ilmu dan nikmati, selami serta resapi setiap tetesan pengetahuan yang masuk menembus akalmu dan merasuki jiwamu layaknya engkau teguk secangkir es teh manis atau perasan jeruk sehabis olahraga pagi.

Sebab kutahu, jiwamu kini meronta, keingintahuanmu begitu tinggi, semangatmu membara, motivasimu naik level, namun sayangnya engkau masih sedikit ber-‘Iqro’. Mulailah dari sekarang, kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan anda, siapa lagi.

*Penulis merupakan dosen jurusan ilmu perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan sekretaris umum HIMAJIP Periode 2011-2012.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *