Risalah Rasa DiAdab

Oleh : Irmawati

Semua berawal dari ketidak sengajaanku mengagumimu hingga mampu membuatku terjatuh kelubang terkelam dalam hidupku, aku tak pernah menyangka hidupku akan berubah begitu drastis setelah aku menginjakkan kakiku dikampusku yang tercinta (UINAM). Sebelum melanjutkan cerita sebut saja namaku Rani, gadis kasar dengan ciri khas kampungnya, yang selalu jadi biang kerok dikala ia beraksi dengan teman-temanya.

Untuk pertama kali aku melihatnya, saat itu tak pernah terbesit olehku akan Kagum padanya namun waktu berkata lain, dan semuanya berubah saat itu. Sebut saja namanya Bintang, pertemuanku denganya berawal saat pertama kali masuk kuliah, aku masih ingat sekali bagaimana kronologi pertemuanku denganya yang tidak mungkin aku lupakan.

Saat itu ketika masa PBAK, seluruh mahasiswa baru mengikuti kegiatan tersebut tanpa terkecuali, setiap fakultas memiliki berbagai tema untuk menyambut penerus-penerusnya, terutama di Fakultas adab dan Humaniora yang bertemakan “SIMULACRUM” 3 hari adalah cerita singkat namun sangat berkesan bagi saya dimana masa-masa itu ketika saya kenal dengan bintang, seniorku di adab. Ia juga salah satu panitia saat itu yang mana saya mengenalnya ketika ia masuk di ruangan tempatku berada, ia manis hingga membuat setiap orang ketika melihatnya luluh dengan senyumnya.

Singkat cerita, ketika masa basic training selesai, kami sering berpapasan diam-diam saya hanya memandanginya dari kejauhan karena “keindahan tidak diciptakan untuk dimiliki namun pandangi ia dari kejauhan lalu syukuri bahwa dia ada disana untuk dikagumi dalam diam”.

Sosok bintang ini sendiri cuek, dia hanya mengejek saya ketika senior lain memanggilku “TOKKEK” entahlah kenapa bisa saya mengagumi cacing kering itu? sedangkan dia dan saya tidaklah akrab apalagi saling kenal satu sama lain, jangan kan menyapanya ketika bertemu, bahkan memandangnya saja saya tidak sanggup.

Suatu hari, ketika saya menuju fakultas bersama beberapa teman saya, ada yang memanggil saya dari kejauhan, ternyata dia adalah bintang ku pikir dia akan mengajakku makan atau jalan, nyatanya ia hanya menawarkan produk galang dana yang ia jual dia memaksaku membeli dan aku sempat menolak tapi apalah dayaku yang masih berstatus junior rasanya aneh, ketika didekatnya semuanya terasa berbeda entah karena faktor cuaca atau apa, aku juga tidak begitu mengerti hehehe…

Seiring berjalannya waktu tak ada hal lain yang ku lakukan selain menulis puisi demi puisi, hingga pada malam hari aku termenung dan berkhayal, entah apa yang akan kulakukan hingga aku mengambil pena dan kertasku kemudian menulis puisi yang mewakili rasaku saat ini.

“BINTANG”
Betapa indahnya rembulan malam ini
sungguh elok pancaran sinarnya,
pandanganku tak henti tertuju padanya
namun sinarnya tak bisa ku nikmati.

Ada rindu yang terbelenggu, di antara belatih akankah rindu ini sampai padanya?
Oh rembulan tanyakan pada bintang yang tak tersebutkan melalui langit,
puitisan aksarah dengan sajak pada kalimat
tak mampu mengalahkan rasa di benakku, tak ada perumpamaan kiasan untukmu.

Ketahuilah, dimataku kau begitu sempurna
wajahmu tidak dapat di ibaratkan dengan kata kerena kata terlalu miskin mewakili rasa, percayalah kaulah bintang di antara bintang-bintang ku.

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, semester I.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *