Pustakawan : Pahlawan Informasi di Tengah Pandemi
Dok pribadi | Nasrullah

Pustakawan : Pahlawan Informasi di Tengah Pandemi

Oleh : Nasrullah

Mendengar kata pustakawan mungkin masih sangat awan kita dengar ditelinga kita, profesi ini seakan masih belum se eksis prosesi dokter, guru, dosen, maupun tentara atau polisi. Profesi pustakawan lebih dikenal di masyarakat awan dengan sebutan pengelola perpustakaan, penjaga perpustakaan atau lebih parahnya mereka menyebutnya sebagai penjaga buku. Sosok pustakawan dianggap sebagai sosok yang kaku, pendiam, judes ataupun kutu buku. Stigma atau anggapan tentang profesi pustakawan seperti itu tentu tidak benar karena sebenarnya pustakawan merupakan pelayan informasi yang akan memberikan dan mengarahkan anda dalam hal kebutuhan informasi sebab manusia setiap harinya bahkan setiap menitnya membutuhkan informasi.

Sejak pandemi Covid-19 menyerang Indonesia diawal tahun 2020 dan terbitnya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 tahun 2020 pada tanggal 24 Maret 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19), kebijakan ini memerintahkan lembaga pendidikan baik pendidikan anak usia dini sampai ke pendidikan tinggi untuk belajar dan mengajar dari rumah atau lebih dikenal pembelajaran daring. Tentu kebijakan ini membuat profesi guru dan dosen merubah konsep mengajarnya secara daring, begitu pun profesi pustakawan yang mengharuskan bekerja dari rumah karena tidak ada pemustaka atau pengunjung perpustakaan yang dapat berkunjung ke perpustakaan dikarenakan efek pandemi ini.

Pustakawan diera pandemi ini tentu berpikir keras mengikuti perkembangan informasi saat ini, dimana pelayanan tidak lagi dilakukan secara tatap muka tetapi mengharuskan melayani secara online, keharusan ini menjadikan pustakawan lebih kreatif dan inovatif guna menciptakan pelayanan maksimal kepada pengguna perpustakaan. Sebab, siswa ataupun mahasiswa masih mempunyai hak memperoleh pelayanan perpustakaan beserta sumber informasi dan referensi guna membantu dalam penyelasain tugas dan pembelajaran meski mereka dari rumah.

Pustakawan diera pandemi ini tidak lagi melayani pemustaka atau pengunjung perpustakaan yang ingin meminjam atau mengembalikan buku secara langsung, tetapi pustakawan harus tetap melayani pengguna perpustakaan dengan cara online. Nah, seperti apa yang harus dilakukan pustakawan guna pemenuhan kebutuhan informasi. Pustakawan memberikan atau menyediakan sumber informasi elektronik berupa e-book, e-jurnal, ataupun memberikan link website referensi yang bisa diakses secara gratis oleh pengguna perpustakaan, selain itu juga pustakawan bisa memberikan bimbingan cara penelusuran informasi menggunakan internet serta cara memilih dan memanfaatkan informasi dengan baik dan benar sehingga terhindar dari informasi hoaks atau informasi bohong yang sedang meraja lela dikalangan para pengguna internet sekarang ini.

Pustakawan juga bisa melakukan promosi perpustakaan di media sosial baik menggunakan Facebook, Instagram ataupun Youtube dengan memberikan informasi kegiatan di perpustakaan, koleksi terbaru perpustakaan ataupun video tutorial cara mendownload referensi secara gratis atau bisa saja memberikan bimbingan menulis karya ilmiah yang baik dan benar, seperti cara mengutip referensi dan cara membuat daftar pustaka. Informasi seperti itu sangat dibutuhkan mahasiswa terutama yang ingin melaksanakan tugas akhir skripsi atau sejenisnya.

Pustakawan yang begitu akrab dengan informasi juga bisa menjadi informan terpercaya diera pandemi ini dengan memberikan informasi yang benar tentang Covid-19, meski pustakawan bukan ahli dan berkompeten di dunia kesehatan tetapi pustakawan memiliki keahlian mengumpulkan informasi referensi yang relevan dan terpercaya sehingga bisa menjadi verifikator dalam menyeleksi informasi yang benar dan hoaks, informasi yang benar inilah membuat masyarakat lebih tenang, tidak cemas, dan lebih tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Karena kita tahu banyaknya informasi salah atau hoaks dimasa pandemi ini membuat masyarakat terprovokasi, takut dan merasa resah sehingga bisa jadi menurunkan imun tubuh kita karena teralu khawatir memikirkannya.

Tidak salah jika profesi pustakawan hari ini bisa kita sebut sebagai pahlawan informasi karena berkat mereka masyarakat bisa mendapatkan informasi guna memenuhi kebutuhan informasinya, meski tidak semua informasi bisa diberikan tetapi setidaknya pustakawan sebagai agen penggerak dalam pelayanan informasi yang bisa menjadi informan terpercaya saat ini. Maka kita harus membuang stigma lama bahwa pustakawan itu “penjaga buku” padahal lebih dari itu pustakawan adalah pahlawan informasi ditengah pandemi ini yang begitu sangat membantu masyarakat dalam kaitannya pemenuhan informasi.

Tentu kita berharap kreatifitas dan inovasi pustakawan terus berkembang serta peran pemerintah juga sangat dibutuhkan guna memperhatikan nasib pustakawan yang masih tidak terlalu beruntung terutama pustakawan sekolah. Salah satu artikel di duniaperpustakaan.com menuliskan bahwa gaji buruh bangunan lebih besar dibandingkan gaji pustakawan yang bekerja di perpustakaan sekolah yang digaji hanya 500 ribu perbulan. Tentu ini sangat memprihatinkan terlebih kebutuhan hidup saat ini sangat besar, maka dari itu kita berharap peran pemerintah sangat diperlukan dalam memperhatikan kesejahteraan pustakawan karena kita ketahui bersama bahwa perpustakaan adalah jantung sebuah peradaban dan pustakawan adalah penggeraknya. Jika kita ingin melihat negara ini maju dan berkembang maka perhatikan perpustakaannya dan jika mau perpustakaan itu maju dan berkembang maka sejahterahkan pustakawannya.

*Penulis merupakan dosen jurusan ilmu perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan ketua umum HIMAJIP 2014.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *